Welcome To Fiedz Stockpile

26 Februari 2011

Bronkopneumonia

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Anatomi dan fisiologi
a. Anatomi saluran pernafasan
Saluran penghantar hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Struktur ini menyalurkan udara yang di inspirasi menuju ke alveolis pada paru-paru untuk dibuang ke atmosfer.
1) Hidung
Ketika udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
2) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. (Drs. Syarifudin B. Ac 1992).
3) Laring
Merupakan saluran udara sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebralis ficalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. (Drs. Syarifudin B. Ac 1992)
4) Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inchi. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
5) Bronkus
Lanjutan dari trakea, bronkus kanan lebih pendek dan besar dibandingkan kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang, bronkus kiri lebih panjang dan ramping terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
6) Bronkiolus
Lanjutan dari bronkus yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
7) Alveoli
Area respirasi yaitu pada alveoli yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini terjadi pertukaran gas. (Sylvia A. Price dan Lorraine M Wilson 1994).
2. Definisi
a. Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dan bronkiolus, virus (influenza), jamur candida albican/aspirasi karena makanan/benda asing. (Dra Suryana 1999)
b. Bronkopneumonia adalah merupakan suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (kapita selekta edisi ke-2 1982)
c. Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang lebih menyebar sifatnya dan melibatkan cabang tengkorak dalam paru-paru itu sendiri yang membawa udara ke sel-sel yang sangat halus (alveoli) dari paru-paru itu sendiri. (Suddarths and brunner 2001)
3. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari penyakit bronkopneumonia adalah :
a. Bakteri
1) Pneumokokus
2) Streptokokus
b. Virus
c. Aspirasi
d. Jamur
(Suddarths and brunner 2001)

4. Pathofisiologi
Bronkopneumonia terjadi pada bronkus dan dan cabang-cabangnya, proses peradangan pada selaput mukosa dan bronkus menimbulkan edema dan iritasi, hal ini terjadi sebagai akibat adanya infeksi dari agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakea bronkialis, sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi pathogen ketika memasuki saluran jalan pernapasan.Proses bronkopneumonia mempengaruhi ventilasi setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ekstra vasasi kedalam alveioli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.Membran kapiler alveioli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen kedalam veri alveolar kapiler dibagian paru yang terkena akhirnya terjadi hipoksemia.Terjadinya edema pada saluran bronkus menimbulkan gangguan pengeluaran sekret atau tidak lancarnya saluran napas, sehingga menimbulkan gejala baru berupa sesak napas dan batuk sebagai upaya tubuh mengeluarkan sekret.Keadaan selanjutnya bila bronkopneumonia ini tidak segera diatasi adalah abses paru, efusi pleura, gagal nafas, emfisema, ateletaksis dan meningitis. (sumber smeltzer and bare, 2002)

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien pemderita bronkopneumonia adalah :
a. Seringkali didahului ifeksi traktus respiratorus bagian atas.
b. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu naik sampai 39-40° C disertai menggigil.
c. Nafas menjadisesak dan cepat.
d. Batuk-batuk yang mula-mula non produktif tetapi kemudian menjadi produktif.
e. Nafas berbunyi pada anak-anak jelas tampak pernafasan cuping hidung. Bila mengenai pleura, timbul nyeri dada yang tajam. (mansjoer Arif, edisi ketiga 2000).
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Sinar x mengidentifikasi distribusi struktural misalnya lobar, bronkial dapat juga menyatakan abses luas, emfisema.
b. GDA/nadi oksimetri tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada gas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan kultur darah dan sputum, kultur sputum dapat tidaknya mengidentifikasi semua organisme yang ada sedangkan kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
d. JDL: leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah, terjadi pada infeksi virus.
e. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah.
g. Bilirubin: mungkin meningkat.
h. Pemeriksaan fungsi paru; volume mungkin menurun, tekanan jalan nafas mungkin meningkat. (Doenges 2000)

7. Penatalaksanaan
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. IVFD dekstrose 10 % : Nacl 0,9 % : 3:1 + Kcl 10 ml cairan jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan saline normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. (Mansjoer Arif edisi ketiga 2000)
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
a. Efusi pleura terjadi dima cairan terkumpul dalam rongga pleural
b. Atelektasis terjadi akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi.
c. Delirium terjadi mungkin disebabkan oleh hipoksia, atau sindroma putus alkohol.
d. Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotik yang sangat besar, seperti penisislin. (Suddart and Brunner 2001)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah diamana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini Disebutkan sebagai suatu pendekatanproblem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat (Nursalam 2001), Iyer et all (1996) mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
a. Biodata klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak keberapa, agama/suku, pendidikan, alamat, dan penanggung jawab serta hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala, faktor yang mempengaruhi, apakah berhubungan dengan stres atau keluhan fisik, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : berupa penyakit dahulu yang pernah diderita, dan hubungannya dengan keluhan sekarang.
3) Riwayat alergi : apakah ada reaksi alergi terhadap suatu zat-zat terutama seperti obat atau makanan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
d. Struktur keluarga/genogram
e. Pengkajian fisik dan pola kesehatan
1) Aktifitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : Letargi.
Penurunan toleransi terhadap aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gejala kronis takikardi.
Tanda : Takikardia.
Penampilan kemerahan atau pucat.
3) Integritas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial.
4) Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen. Hiperaktif bunyi usus.Kulit kering dengan turgor buruk.
5) Neuro sensorik
Gejala : Sakit kepala daerah Frontal (influenza).
Tanda : Perubahan mental ( bingung, samnolen).
6) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Nyeri dada (pleuritik),meningkat oleh batuk
Tanda : Melindungi area yang sakit
7) Pernapasan
Gejala : Takipnea, Dispnea progresif, pernapasan dangkal
Tanda : Sputum : Merah muda, berkarat, atau purulen. Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi.
Fremitus : Taktil dan vocal bertahap meningkat
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
8) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, misalnya AIDS, Demam (misal, 38,5-39,60 C).
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar. ( Doenges, 1999. hal.164).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah ( Carpenito, 2000 ).
Menurut Doenges 1999 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
d. Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk berlebihan.
e. Kurang pengetahuan orang tua tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan dengan kurang informasi.
3. Perencanaan keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah berikut adalah menetapkan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah yang di identifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
dikutif dari Iyer at all 1996, dalam (Nursalam 2001 Hal 51).
Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Nursalam 2001 hal 51).
Terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap perencanaan yaitu rencana tindakan perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim kesehatan lain) dan program medis untuk klien yang dalam pelaksanaannya dibantu perawat (Carpenito 2000) untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan yaitu
a. Hirarki Maslow (1968) dalam (Nursalam 2001 hal 52) membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri.

b. Hirarki Kalish (1983) menjelaskan kebutuhan maslow lebih mendalam dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan stimulasi (Nursalam 2001 hal 52) setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan bronkopneumonia (Doenges 1999) adalah sebagai berikut:
1) Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : pola pernafasan efektif
Kriteria hasil : menunjukkan jalan nafas paten dengan nafas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
a) Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/ : Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada (Doenges 1999 hal 166)
b) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius
R/ : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi (Doenges 1999 hal 167)
c) Pengisapan sesuai indikasi
R/ : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak dapat melakukannya (Doenges 1999 hal 167)
d) Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi, mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
R/ : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan (Doenges 1999 hal 167)
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :Berat badan meningkat
Intervensi :
a) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, nyeri..
R/ : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah (Doenges 1999 hal 172)
b) Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.
R/ : Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat atau memanjang (Doenges 1999 hal 172)
c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering atau makan yang menarik untuk pasien.
R/ : Tindakan ini dapat meningkatkan mAsukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali (Doenges 1999 hal 172)
d) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar
R/ : Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi (Doenges 1999 hal 172)
3) Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk yang berlebihan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : Klien tenang, tidak rewel selama dirawat di rumah sakit, sebelum pulang batuk berkurang sampai hilang.
Intrervensi :
a) Tentukan karakteristik nyeri misalnya : tajam, konstan.
R/ : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis (Doenges 1999 hal 171)
b) Pantau tanda vital
R/ : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri (Doenges 1999 hal 171)
c) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
R/ : alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk (Doenges 1999 hal 171)
d) Kolaborasi untuk memberikan analgesik dan anti tusif sesuai indikasi
R/ : obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal, meningkatkan kenyamanan (Doenges 1999 hal 171)
4) Gangguan pola istirahat tidur yang berhubungan dengan batuk yang berlebihan
Tujuan : klien dapat istirahat tidur ± 7 jam pada malam hari.
Kriteria hasil : selama dirumah sakit klien tenang
Intervensi :
a) Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas, catat laporan dispnea, perubahan tanda vital selama dan sesudah aktifitas.
R/ : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien selama dan sesudah aktifitas (Doenges 1999 hal 170)
b) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
R/ : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat (Doenges 1999 hal 170)
c) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur
R/ : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur dikursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal (Doenges 1999 hal 170)
5) Kurang pengetahuan orang tua tentang masalah penyakit, pengobatan dan perawatan klien berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : orang tua klien dapat mengerti dan memahami tentang masalah penyakit anaknya.
Kriteria hasil : orang tua klien mengatakan mengerti penyakit yang dialami oleh klien
Intervensi :
a) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuahan.
R/ : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan (Doenges 1999 hal 173)
b) Informasi dan bentuk tertulis dan verbal
R/ : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi atau mengikuti program medik (Doenges 1999 hal 173)

c) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan
R/ : penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar (Doenges 1999 hal 173)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam 2001) tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala urgent dan non urgent.
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan, perencanaan, dan pendokumentasian ( Nursalam 2001)
a) Fase persiapan meliputi
1) Review antisipasi tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Persiapan alat
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b) Fase implementasi
1) Independen
2) Interdependen
3) Dependen
c) Fase dokumentasi
Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, memberi support, pendidikan, advokasi dan pencatatan.

5. Evaluasi
Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada status kesehatan klien (Nursalam 2001) evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evalusi formatif atau evaluasi jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini umumnya menggunakan sistem SOAP (Nursalam 2001 hal 74)
Adapun tujuan evaluasi yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
b. Gangguan pemenuhan mutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi
c. Nyeri akut teratasi
d. Gangguan pola istirahat tidur teratasi
e. Kurang pengetahuan terpenuhi
6. Perencanaan pulang
a. Dorong klien latihan pernafasan untuk membersihkan paru-paru dan meningkatkan ekspansi penuh paru
b. Anjurkan klien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit bronkopneumonia seperti : merokok, menghirup udara toksik atau zat kimia
c. Dorong klien untuk minum obat secara teratur dan cek ulang secara teratur (Suddarth’s and Brunner 2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search Doc's

FB Comment