TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Anatomi fisiologi pernapasan
(anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat, Drs. Safuddin, hal 66). Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 kedalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
a. Guna pernapasan
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi bagi tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
b. Organ-organ pernapasan
1) Hidung
Hidung merupakan saluran udara pertama, mempunyai dua lubang (kavumnasi), dipisahkan oleh sekat hidung, didalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk dalam lubang hidung.
Fungsi hidung adalah sebagai penyaring udara dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa serta sebagai pembunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
2) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
3) Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel berselia, hanya bergerak kearah luar. Sel ini berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama udara pernapasan.
4) Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
5) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung, gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Letak paru-paru pada rongga datarannya, menghadap ketengah rongga dada.
2. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur sehingga O2 menurun dan terjadi peningkatan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Prof. Dr. Idabagus, hal 321)
Asfiksia neonatum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985, hal 1072)
3. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan asfiksia (Ilmu Kebidanan, 1998, hal 321). Adalah sebagai berikut :
a. Gangguan sirkulasi menuju janin
1) Gangguan aliran pada tali pusat
Lilitan tali pusat
Simpul tali pusat
Tekanan pada tali pusat
Ketuban telah pecah
Kehamilan lewat waktu
2) Pengaruh obat
Karena narkosa saat persalinan
b. Faktor Ibu
1) Gangguan his, tetania, hipertoni
2) Turunnya tekanan darah mendadak, perdarah pada placenta previa.
3) Hipertensi pada ibu hamil
4) Gangguan pertukaran gas
4. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri sering menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernapasan agar terjadi yang kemudian akan berlanjut dengan pernapasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia berat, keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
5. Manifestasi klinis
Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kordiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung
b. Terjadinya asidosis metobolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
c. Pengisian udara alveoli yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru.
Menurut Mac Lauren keadaan pada asfiksia yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut :
a. Menurunnya tekanan O2 darah (PaO2)
b. Meningkatnya tekanan CO2 darah (PaCO2)
c. Menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)
d. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
6. Pemeriksaan diagnostik
Untuk dapat menegakkan diagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
a. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin normal antara 120 – 160 x/mnt, terjadinya gawat janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin :
Meningkat 160 x/mnt
Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
Jumlah menurun dibawah 100 x/mnt
b. Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nerves ke-10 sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
7. Penatalaksanaan
Tindakan pertolongan umum neonatus :
1. Kepala bayi diletak pada posisi yang lebih rendah
2. Bersihkan jalan napas dari lendir : mulut dan tenggorokan, saluran napas bagian atas
3. Mengurangi kehilangan panas pada bayi dengan membungkus dan memandikan dengan air hangat.
4. Memberikan rangsangan menangis; memukul telapak kaki atau menekan tendon pada tumit bayi
5. Dalam ruang gawat darurat bayi selalu siap tersedia penghisap lendir bayi dan O2 dengan maskernya.
Tindakan pertolongan khusus neonatus :
Menghadapi asfiksia neonatus memang diperlukan tindakan spelialistis sehingga dapat segera melakukan rujukan medis kerumah sakit.
8. Komplikasi
a. Asidosis respiratorik
b. Kerusakan sel otak
c. Henti jantung
B. Konsep Dasar Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan ilmiah, sistematis, dinamis dan terus menerus berkesinambungan yang fungsinya untuk memecahkan masalah kesehatan pada klien yang dimana asuhan keperawatannya sesuai dengan lima tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Nursalam 1996)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dianalisis sehingga tergambar masalah kesehatan dan keperawatan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu : pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah kesehatan.
Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu : data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan klien dan keluarga, sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan. (Ali, hal 74, 2002).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan pada tahap pengkajian yaitu, komunikasi yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Tehnik ini sangat bermanfaat bagi perawat dalam pendekatan kepada klien secara rasional, sistematik dalam pengumpulan data, merumuskan diagnosa keperawatan dan merencanakannya. (Nursalam, hal 25, 2001)
Untuk kasus asfiksia pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orangtua, pendidikan dan pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini tidak dikaji karena klien masih bayi
c. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Kehamilan dengan gawat janin, diabetes melitus, malnutrisi, intra uteri, infeksi intra-natal, persalinan dengan ada komplikasi, persalinan dengan tindakan karena ada komplikasi penolong persalinan. (Sacharin, 1996)
d. Riwayat kesehatan sekarang
Ikterik fisiologis atau patologis, lemah, pucat, minum ASI kurang, gangguan kesadaran dan pernapasan, kejang, urine warna kuning. (Sacharin, 1996)
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidaknya riwayat asfiksia dikeluarga
f. Riwayat alergi
Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indikator penyakit terutama obat.
g. Riwayat pemberian imunisasi
Imunisasi lengkap atau tidak (Satroasmoro, 1996)
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan sistematis dari kepala-kaki. Keadaan umum, TTV, kepala, wajah, mata, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru-paru, jantung, abdomen, genetalia, rektum, ekstremitas dan punggung. (Nursalam, hal 33)
i. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat dikaji melalui pola gordon dimana pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus
j. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga untuk mempertahankan kesehatan. Termasuk juga penyakit anak sekarang ini dan upaya yang diharapkan.
k. Pola nutrisi metabolik
Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI
l. Pola eliminasi
Kaji pola eliminasi feces, berapa frekuensinya dan bagaimana sifatnya. Pola eliminasi urine, berapa frekuensinya dan sifatnya pada bayi dapat ditanyakan dengan keluarga.
m. Pola tidur / istirahat
Kaji pola istirahat dan tanyakan dengan keluarga apakah ada perubahan bayi dalam pola tidurnya, tapi hal ini memang sulit dikaji.
n. Pola kognitif perseptual
Pola ini sulit dan tak bisa dikaji / dilakukan
o. Pola peran dan hubungan
Kaji siapa yang mengasuh bayi
p. Pola aktifitas / latihan
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia
q. Pola reproduksi
Tidak bisa dikaji pada bayi
r. Pola koping / toleransi stress
Untuk mengkaji pola toleransi stress pada bayi juga sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti (menangis)
s. Pola keyakinan
Pola keyakinan klien juga tidak dapat dikaji karena klien masih bayi
Pengkajian pola-pola diatas merupakan pengkajian menurut Gordon, 1982 (Nursalam, hal 33)
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada asfiksia berdasarkan diagnosa keperawatan (Asuhan Keperawatan Perinatal, 1994, hal 90 ) adalah :
a. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit asfiksia
b. Potensial terjadinya edema otak dan kejang berhubungan dengan hipsia jaringan, perubahan faktor pembekuan
c. Resiko tinggi infeksi saluran pernapasan berhubungan dengan respon imunologis
d. Kurang pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurangnya informasi
Dalam pengaturan diagnosa prioritas, ada dua hirarki yang dapat digunakan
a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tahap : fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Maslow mengatakan pasien memerlukan suatu tahapan kebutuhan, jika pasien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi pasien dari pada kebutuhan lain. (Nursalam, hal 52, 2001).
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari kebutuhan dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi dan kesehatan amnusia yang terintegrasi.
b. Hirarki “Kalish”
Kalish menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan dan stimulasi. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup : udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri, jika terdapat kekurangan kebutuhan tersebut, pasien cenderung menggunakan prasarana untuk memuakan kebutuhan tertentu, hanya saja mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri. (Nursalam, hal 53, 2001).
3. Perencanaan
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil untuk tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang dapat digunakan dalah hirarki kebutuhan manusia “ Iyer et al, 1996 “ (Nursalam, hal 52, 2001). Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang akan diidentifikasi pada diagnosa kutipan dari Fiyer, Laptik dan Bernocchi, 1996 (Nursalam, hal 51, 2001)
4. Pelaksanaan
Iyer (1996) mengatakan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi dari perencanan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketiak akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan harus sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan falidasi, pengesahan keterampilan interpersonal, intelektual dan psikologi individu. Terakhir melakukan pendokumentasian keperawatan bereupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2001).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga fase yang harus dilalui yaitu : persiapan perencanaan dan dokumentasi (Griffuth, 1998), berikut penjelasannya :
a. Fase persiapan meliputi :
1) Review antisipasi tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Persiapan alat
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi terdiri atas :
1) Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2) Interdependen : tindakan perawat yang memerlukan kerjasama kolaborasi dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dan lain-lain)
3) Dependen : berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan
c. Fase dokumentasi merupakan pencatatan lengkap dan akurat terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, tindakan asuhan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan dibanding yang sistematis pada suatu kesehatan klien (Griffith dan Christensen, 1999), sedangkan Ignatavicius pada Bayne (1994) mengatakan evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tinadakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek atau evaluasi berjalan. Dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai, sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil, evaluasi akhir, jangka panjang. Evaluasi ini dilakuakn pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini biasanya menggunakan format SOAP (Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan afiksia adalah :
a. Pola pernapasan tidak tergantung
b. Edema otak dan kejang tidak terjadi
c. Infeksi tidak terjadi
d. Kebutuhan pengetahuan teratasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar