VENTRIKEL SEPTAL DEFECT
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syarifudin 1996).
Sistem kardiovaskuler terdiri dari arteri, vena, kapiler, saluran limfe, jantung dan siklus jantung.
a. Arteri
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima/interna. Lapisan yang paling dalam sekali yang berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika media. Lapisan yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastis dan termasuk otot polos.
3) Tunika eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
b. Vena
Merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis, vena-vena ini juga
2. Definisi
a. Ventrikel septum defek yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya terdapat satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan, sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
b. VSD yaitu defek yang biasanya terjadi pada septum pars membranaseum dan terletak dibawah katup aorta kadang defek terjadi pada pars muscolorum.
c. VSD adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventriker kiri dan ventrikel kanan.
d. VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan dan sebaliknya. Umumnya konginital merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya Kelainan Jantung Kongenital belum dapat diketahui pasti tetapi beberapa faktor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian Kelainan Jantung Kongenital, faktor tersebut adalah :
a. Faktor prenatal
1) Penyakit Rubella
2) Alkoholisme
3) Umur ibu lebih > 40 thn
4) Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
5) Ibu merokok
6) Ibu menderita infeksi
b. Faktor genetik
1) Kelainan jantung pada anak yang lahir sebelumnya
2) Ayah dan ibu menderitan penyakit jantung bawaan
3) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multi faktor. Faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella, IDDM ), ibu hamil dengan alkoholik.
b. Faktor endogen : penyakit genetik ( down sindrom ).
4. Patofisiologi
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20% dari defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejalanya pada masa kanak – kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan dengan defek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
a. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikei kanan.
b. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonar.
c. Jika tahanan pulmonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( sindrom eisenmenger ).
5. Gambaran Klinis
Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi :
a. VSD kecil
1) Biasanya asimptomatik
2) Defek kecil 1 – 5 mm
3) Tidak ada gangguan tumbuh kembang
4) Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltik yang menjalar ke seluruh tubuh perikardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
5) EKG : dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
6) Radiologi : ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
7) Menutup secata spontan pada waktu umur 3 tahun
8) Tidak diperlukan kateterisasi jantung
b. VSD Sedang
1) Sering terjadi simptom pada masa bayi
2) Sesek nafas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan minuman dan makanannnya
3) Defek 5 – 10 mm
4) BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
5) Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh
paru tetapi umumnya responsif terhadap pengobatan
6) Takipnue
7) Retraksi
8) Bentuk dada normal
9) EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan , tetapi kiri lebih meningkat
10) Radiologi : terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus
c. VSD Besar
1) Sering timbul gejala pada masa neonatus
2) Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
3) Pada minggu ke 2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
4) Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
5) Gangguan tumbuh kembang
6) EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
7) Radiologi : pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer.
6. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik
a. Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel
b. EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
c. Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
d. Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan.
7. Komplikasi
a. Gagal jantung kronik
b. Endokarditis infektif
c. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
d. Penyakit vaskular paru progresif
e. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
8. Penatalaksanaan
a. VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak.
b. Berikan antibiotik seawal mungkin
c. Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan VSD dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol ( isuprel ) memiliki efek inotropik posistif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung.
d. Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji adanya komplikasi
b. Riwayat kehamilan
c. Riwayat perkawinan
d. Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda – tanda vital, jantung dan paru
e. Kaji aktivitas anak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
d. Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post operasi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah
g. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua terhadap keadaan post operasi
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung
Intervensi :
1) Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Rasional : memberikan data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi.
2) Tegakkan derajat cyanosis
Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang tepat.
3) Berikan obat – obat digitalis sesuai indikasi medis
Rasional : obat – obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung sehingga cardiak outpun meningkat / sekurang – kurangnya klien bisa beradaptasi dengan keadaannya.
4) Berikan obat – obat diuretik sesuai indikasi medis
Rasional : mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan lebih ringan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Intervensi :
1) Hindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
Rasional : menghindari kelelahan pada klien
2) Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien
Rasional : klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas
3) Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi sering
Rasional : jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebih mudah diterima dan nutrisi dapat terpenuhi
4) Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan natrium, memberikan zat besi.
5) Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan
Rasional : anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan cukup banyak sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
Intervensi :
1) Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik.
Rasional : mengetahui perubahan berat badan.
2) Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat tidur.
Rasional : tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi
Intervensi :
1) Periksa sternotomi
2) Catat lokasi dan lamanya nyeri
3) Bedakan nyeri insisi dan angina
4) Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat – obat analgetik
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
Rasional : Melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
2) Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
Rasional : Melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas.
3) Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Rasional : Mencegah kelelahan berkepanjangan
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, status mental, nyeri abdomen.
Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
2) Lakukan pencucian tangan yang baik, perawatan luka.
Rasional : Mengurangi resiko penyebaran bakteri
3) Lihat insisi dan balutan, karakteristik luka/drain dan adanya edema.
Rasional : Indikator proses infeksi, monitor penyembuhan luka
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan penyebaran dan pertumbuhan organisme
g. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua terhadap keadaan post operasi.
Intervensi :
1) Orientasikan klien dengan lingkungan
2) Ajak keluarga untuk mengunjungi klien jika kondisi sudah stabil
3) Jelaska keadaan yang fisiologis pada klien post operasi
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Pelaksanaan atau implementasi merupakan aflikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana.
Setelah dilakukan validasi, pengasahan ketrampilan interpersonal, intelektual dan psikologi individu. Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgen, urgen dan tidak urgen atau non urgen.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan dibandingkan yang sistematis pada status kesehatan klien.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi proses, evaluasi jangka pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format SOAP (Nursalam, 2001).
6. Perencanaan Pulang
a. Klien dan keluarga mentaati program pengobatan di rumah dengan meminum obat-obat yang telah diberikan, hal ini untuk menghindari adanya komplikasi, misalnya klien telah diberikan antibiotik, namun klien tidak meminum obat tersebut hingga tuntas, obat antibiotik harus diminum sampai tuntas agar bakteri tidak resisten. Anak dengan kelainan jantung bawaan sangat rentan terhadap penyakit, maka diberikan terapi antibiotik.
b. Klien jangan sampai menangis kuat atau melakukan aktivitas yang banyak menguras tenaga. Menangis kuat dan aktifitas yang melelahkan banyak membuang energi dan dapat membuat klien sesak nafas dan tubuh menjadi biru.
c. Apabila timbul tanda dan gejala, klien harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau puskesmas setempat untuk mendapat pertolongan secepatnya dari petugas.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi dalam asuhan keperawatan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberikan asuhan kepada klien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien,kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterima. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang sangat besar dan catatan klinis klien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.
Dokumentasi suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan dengan pencatatan dan pelaporan. (Nursalam, 2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar